Jangan lewatkan kesempatan untuk mengamati hujan meteor Leonid yang bakal mencapai puncaknya pada Selasa (17/ 11) malam. Pemandangan langka yang tidak semua orang bisa menikmatinya ini bisa disaksikan dengan mata telanjang di semua wilayah dunia, bahkan paling baik dilihat dari Asia, termasuk Indonesia.
Setiap tahun, hujan meteor Leonid selalu mendapat perhatian dari para pengamat langit. Kali ini, kondisi langit juga mendukung karena bulan dalam fase bulan baru sehingga cahayanya tidak mengganggu. Namun, pemandangan spektakuler ini tentu baru bisa dinikmati jika cuaca tidak mendung.
"Kami prediksi 20-30 meteor per jam di atas langit Amerika dan sebanyak 200-300 meteor per jam di langit Asia," ujar Bill Cooke, pejabat di Meteoroid Environment Office NASA. Waktu terbiak untuk mengamatinya adalah setelah tengah malam hingga fajar.
Disebut hujan meteor Leonid karena meteor-meteor yang melesat muncul dari pusat radian di atas rasi bintang Leo. Bulan November ini, rasi bintang ini bisa dilihat di arah Timur Laut pada malam hari. Hujan meteor Leonid berasal dari serpihan-serpihan komet Tempel-Tuttle yang tertinggal saat mendekati Matahari setiap 33 tahun sekali. Saat serpihan-serpihannya melintasi atmosfer Bumi, ia akan terbakar dan terlihat sebagai meteor.
Ukuran serpihan-serpihan berupa debu dan es itu rata-rata tak lebih besar dari butiran pasir. Namun, ada beberapa yang sebesar biji kacang atau kelereng. Namun, karena arah gerak serpihan-serpihan itu berlawanan dengan gerakan Bumi, kecepatan meteor yang melesat bisa mencapai 72 kilometer per jam dan kadang-kadang membentuk jalur cahaya yang panjang dengan rona cahaya putih, biru, atau hijau.
Jumlah meteor yang melesat setiap tahun berubah-ubah tergantung bagian yang bersinggungan dengan atmosfer Bumi. Tahun ini diperkirakan lebih banyak meteor yang terlihat dibandingkan tahun lalu. Namun, pemandangan paling spektakuler pernah terjadi antara tahun 1999 dan 2002 saat ribuan meteor bisa dilihat dalam setiap jam sehingga mirip badai meteor.